Senin, 23 November 2009

SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW MASA AWAL BI’TSAH



print this page Cetak

Bismillahirrahmanirrohim, aku bersaksi bahwa tiada tuhan melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah. Allah telah mengutusnya sebagai pembawa hidayah, pemberi berita gembira, pemberi peringatan, dan penyeru kepada agama Allah dengan Izin-Nya, dan sebagai cahaya yang menerangi. Dengannya, Allah menghidupkan hati, mengetuk telinga, menerangi akal, dan membukakaan mata. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam yang banyak kepadanya, keluarganya dan para sahabatnya.

Diri ini memohon ampun kepada Allah SWT atas keberanian untuk menuliskan sebuah kisah potret manusia agung yang tidak mungkin dapat diceritakan oleh diri ini yang terlalu dangkal ilmunya mengenai sosok nabi Muhammad SAW. Dari hati yang terdalam hamba ini memohon ampun apabila tulisan ini banyak kesalahan dan kekeliruan yang tidak mampu menggambarkan keluhuran dan keagungan nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad adalah anak dari pasangan Siti Aminah dan Abdullah yang tinggal di jazirah Arab. Muhammad dilahirkan pada tanggl 12 Rabi’ul Awwal tahun gajah. Pada saat malam sebelum kelahirannya, sang ibu bermimpi melihat sebuah cahaya keluar darinya dan menerangi istana-istana raja Syam (Suriah). Sitti Aminah (Ibunda Rasulullah Saw) pernah berkata pula :
Ketika aku mengandungnya, aku tidak merasa bahwa aku sedang hamil. Baru saja keluar dari perutku, ia bersujud di atas bumi. Semenjak lahir, ia sudah bersujud kapada Allah Dzat Yang Maha Tunggal dan Maha Esa, subhanallah.....

Dan jauh sebelum sang ibu melahirkan, sang Ayah telah meninggal dunia, sehingga ia lahir ke dunia ini dalam keadaan yatim. Dan kasih sayang ibunya pun tidak berlangsung lama ia dapatkan, dimana ibunya pun segera menyusul ayahnya ke alam barzah. Dengan demikian tinggallah ia seorang diri tanpa ayah-bunda. Ketika kecil Muhammad pernah dibawa oleh Halimah as-Sa’diyah ke perkampungan Bani Sa’ad untuk disusukannya. Ada riwayat yang menceritakan Halimah mengatakan : Ketika masih kecil dulu, Nabi Muhammad saw pernah keluar tenda, kemudian merenung tentang bintang-bintang, langit, dan malam. Aku (Halimah) mengembalikannya ke dalam tenda. Namun, malamnya ia keluar lagi untuk memandang langit. Kali ini ia berkata, “siapakah yang menciptakan langit? Siapakah yang menciptakan bintang-bintang? Dan siapakah yang menciptakan alam semesta ini?” Maha suci Allah, banyangkan anak kecil yang baru berusia dua tahun sudah merenung tentang bintang-bintang, langit dan malam.

Sepeninggal kedua orang tuanya, kemudian kakeknya Abdul Muthalib mengasuhnya dengan penuh kasih saying, bahkan ketika ia duduk untuk makan, ia berkata, “ Aku tidak mau makan sampai kalian mendatangkan Muhammad.” Ketika mereka mendatangkan Rasulullah saw, beliau duduk di dekat kakeknya itu. Kalau sang kakek hendak bepergian, ia selalu membawa cucu tercintanya itu pergi bersamanya.

Namun, ketika usia beliau baru menginjak delapan tahun, ‘Abdul Muthalib’, sang kakek meninggal dunia. Sepeninggal kakeknya beliau diasuh oleh pamannya Abu Thalib. Namun sayang, sang paman meninggal dalam keadaan musyrik. Beliau telah telah berusaha untuk menunjukkan pamannya itu kejalan Allah (Islam). Namun catatan takdir telah menuliskan , “ Sesungghnya kamu tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendakiNya. “ (QS al-Qashash [28]: 56)


Abu Thalib sangat menyayangi dan melindungi Nabi Muhammad saw, dan sangat menghawatirkan keselamatan dirinya. Dalam sebuah sirah dikatakan bahwa ketika orang-orang kafir Quraisy mendatangi Abu Thalib dan mereka berkata kepadanya, “wahai Abu Thalib, sesungguhnya anak saudara laki-lakimu itu telah menghina tuhan-tuhan kami, mencerca kami, dan menyerapahkan harapan-harapan kami. Jika saja ia terkena sihir, maka kami akan mengobatinya, Jika saja ia menginginkan kekuasaan, kami akan mengangkatnya sebagai penguasa. Jika ia menginginkan harta benda, kami akan mengumpulkan harta benda untuknya. Dan jika ia menginginkan seorang istri, maka kami akan mengawinkannya dengan seorang gadis yang paling cantik di kota Mekkah ini.”

Perkataan orang-orang Quraisy ini disampaikan oleh Abu Thalib kepada Raulullah saw. Mendengar itu, beliau berkata, “Wahai pamanku! Demi Dzat Yang jiwaku ada di Tangan-Nya, seandainya mereka meletakan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan (agama islam) ini, aku tidak akan pernah meninggalkannya sampai aku berhasil atau aku mati karenanya.”

Rasulullah SAW, sewaktu berada di bawah pengurusan pamannya, merupakan contoh ideal bagi sikap qana’ah dan jauh dari perbuatan-perbuatan sia-sia yag biasa dilakukan oleh anak-anak kecil seusianya. Demikian seperti diriwayatkan oleh Ummu Aiman, wanita yang pernah mengurusnya. Itu tidak lain karena beliau sedang dipersiapkan oleh Allah untuk mengemban tugas menunjukkan umat manusia kepada Tuhan semesta alam. Tugas suci itu benar-benar terbukti. Akhlak dan perilaku Rasulullah tidak pernah ternodai oleh akhlak dan perilaku yang buruk. Tidak pernah ada penyimpangan dalam perilaku beliau. Sejak kecil hingga dewasa rasulullah mendapatkan julukan sebagai ‘al-amin’ atau orang yang terpercaya, julukan ini diberikan oleh penduduk Mekkah pada saat itu karena keluhuran dan kemuliaan akhlak beliau yang terbukti dan diakui oleh masyarakat Arab.

Ketika usia Nabi saw menginjak 25 tahun, beliau pergi ke Syam untuk ke dua kalinya setelah dahulu pernah di ajak oleh pamannnya untuk berdagang. Pada waktu itu, Khadijah binti Khuwailid al-Asadiyah adalah seorang saudagar kaya, dan suaminya telah meninggal. Kini usianya 40 tahun. Ia mencari seorang pemuda di kota Mekkah yang kiranya sanggup menjalankan roda perdagangan yang dimilikinya. Pemuda yang dicarinya adalah pemuda yang jujur. Ia tidak menemukan pemuda yang dicarinya selain Rasulullah saw yang terkenal dengan julukan al-amin. Sejak barang dagangannya di bawa oleh Rasulullah, barang-barang selalu laku terjual dan Khadijah selalu mndapatkan kuntungan yang besar. Sepulangnya beliau dari perjalanan bisnis ke Syam, Khadijah “ mengajukan’ dirinya kepada pemuda mulia itu untuk dinikahi. Beliau menerima pengajuan itu, lalu menikahinya.

Khadijah adalah sosok perempuan yang cerdas dan bijak lagi santun. Dialah yang selalu menghembuskan kekuatan moril ke dalam hati Rasulullah saw dan menguatkan tekad beliau di waktu-waktu yang sulit. Kepadanyalah Rasulullah saw mengadukan luka, derita, kesedihan, perjuangan, dan siksaan yang diterimanya dari kaumnya.

Ciri-ciri kenabian pada diri rasulullah telah terlihat dari mulai dia lahir, anak-anak,remaja dan dewasa. Diantara buktinya adalah pada saat rasulullah berumur 12 tahun diajak pamannya Abu thalib pergi ke Syam (Suriah) untuk berdagang, ketika dalam perjalanan rasulullah dan pamannya bertemu dengan pendeta nasrani bernama Buhaira. Ketika melihat Muhammad, ia tahu bahwa anak itu kelak akan menjadi seorang Nabi Allah, ia melihat tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad seperti yang diterangkan dalam kiatab Taurat dan Injil. Buhaira berpesan kepada Abu Thalib, agar berhati-hati dari orang-orang Yahudi yang akan mendengki dan akan mengganggu anak saudara laki-laki Abu Thalib. Mendengar keterangan sang pendeta tentang Muhammad, Abu Thalib bergegas pulang ke Mekkah.

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tahu bahwa Muhammad adalah seorang nabi yang di utus oleh Allah seperti yang dikabarkan dalam kitab Taurat dan Injil, namun kedengkian, kebencian dan permusuhan telah menghalangi untuk mengatakan dan mengakui kebenaran tersebut. Orang – orang Yahudi sebelumnya sengaja datang ke Madinah,hidup bersama-sama orang Arab. Sebab, mereka membaca Taurat dan Injil dan menemukan berita tentang Rasulullah saw. Mereka menantang orang-arang kafir dan musyrik Arab dengan mengatakan “ Nanti akan muncul seorang nabi, kami akan memerangi kalian bersamanya” mereka mengatakan demikian karena mengira bahwa Rasulullah saw itu akan berasal dari kalangan Yahudi. Mereka juga menyebutkan sifat-sifat nabi yang akan datang itu, bahwa ia seorang laki-laki memiliki tinggi badan sedang, kulitnya putih kemerahan, ummi (tidak bias baca tulis), keluar diantara pohon-pohon kurma, menerima hadiah tapi tidak menerima sedekah, mempunyai kekuatan fisik yang sebanding dengan kekuatan 30 orang, dan ketika tidur, yang tidur hanya matanya sedang hatinya tidak. Semua ini adalah ciri-ciri Rasulullah.

Ketika orang-orang Yahudi melihat ciri-ciri tersebut ada pada diri Muhammad yang keturunan dari bangsa Arab, serta-merta mereka mengingkarinya dan berkata “ Bukan, dia bukan seorang rasul.” Ketika itu orang-orang al-Aus dan al-Khazraj berkata kepada orang-orang Yahudi, “ Inilah Nabi yang kalian beritakan kepada kami dahulu, dan ciri-cirinya sesuai dengan apa yang kalian sebutkan.” Orang yahudi malah berkata “Bukan, bukan dia orangya” Maka Allah SWT berfirman, ”Ketika datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.” (QS. Al-Baqarah [2]:89)

Ketika usia nabi menginjak 40 tahun, setelah kedewasaan dan pengendalian mentalnya sempurna, turunlah wahyu kepada beliau. Umur 40 tahun merupakan usia dimana seseorang telah mencapai tingkat kesempurnaan dalam hal kesiapan mental dan kedewasaan. Sebagaimana firman Allah mengatakan, “…..sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun….”

Ketika itu beliau saw sering keluar dari kota Mekkah dan menyendiri (ikhtila’) di sebuah tempat yaitu di gua Hira, ia menyendiri dan beribadah di gua tersebut selama beberapa malam. Kemudian beliau keluar dari gua untuk pergi kerumah untuk megambil perbekalan untuk melanjutkan ikhtila’ nya.

Pada suatu hari, ketika beliau berada di dalam gua, tiba-tiba seorang laki-laki masuk. Dia adalah malaikat Jibril. Rasulullah saw tidak mengenal dan tidak mengetahui siapa laki-laki tersebut. Begitu datang, Jibril langsung berkata kepadanya “Bacalah!” Nabi menajawab, “Aku tidak bisa membaca.” Jibril berkata kembali, “Bacalah!” Nabi menjawab, “Aku tidak bisa membaca.”
Kemudian malaikat jibril memeluk nabi erat-erat lalu berkata, “Bacalah dengan [menyebut] Tuhanmu Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmulah Yang Paling Pemurah.” (QS. Al-‘Alaq [96]:1-3)

Selanjutnya Jibril membiarkanNabi membaca ayat yang baru dibacakannnya. Nabi saw gemetar dan sangat ketakutan atas kejadian yang tiba-tiba dan mengagetkan ini. Pikir beliau, dari mana gerangan laki-laki ini datang? Kemudian Beliau mencari Jibril, tetepi beliau tidak menemukannya lagi. Masih dalam keadaan ketaktan dan gemetar Nabi pulang menemui Khadijah. Sesampainya di rumah Khadijah, nabi berkata, “selimutilah aku, selimutilah aku!” Khadijah pun menyeliuti Beliau. Nabi berkata, “Aku khawatir akan diriku,” . mendengar itu Khadijah berkata, “sekali-kali tidak, demi Allah.” Allah tidak akan menghinakanmu selamanya. Sesungguhnya engkau selalu menyambungkan sailaturahmi, menanggung beban orang, membantu orang yang membutuhkan, dan menolong orang yang membela kebenaran,”
Setelah kejadian itu, turun lagi ayat yang berbunyi, “Wahai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah.” (QS.al-Muddastir [74]: 1-5)

Kemudian , untuk beberapa waktu wahyu tidak turun kepada beliau. Tentu saja Nabi merasa takut, sedih dan galau. Masa terputusnya wahyu adalah selama 40 malam. Dalam kesedihan tersebut ada sebuah riwayat bahwa pada masa-masa itu beliau naik ke puncak gunung dan terbesit keinginan untuk melemparkan dirinya dari gunung tersebut. Dalam kesedihan yang mendalam seperti itu, seorang wanita musyrik yang sudah renta berkata, “Tuhan Muhammad telah membencinya dan setannya telah meninggalkannya.” Maka turunlah ayat yang berbunyi, “Demi waktu matahari naik sepenggalahan, dan demi malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tidak akan meninggalkan kamu dan tiada [pula] benci kepadamu.” Ayat ini jawaban bahwa, Allah SWT bersumpah demi waktu dhuha dan dengan kesunyian malam, bahwasanya Dia tidak membenci, meninggalkan, membiarkan, menjauhkan, dan menelantarkan Muhammad. Sebab beliau adalah kekasih Allah.
Kemudian wahyu-wahyu berikutnya turun dari Allah kepada Nabi saw secara berangsur-angsur dan setiap turun wahyu Nabi segera menyampaikannya kepada para sahabat dan penduduk Arab yang hidup pad jaman itu,

Demikianlah kisah awal Nabi Muhammad saw menerima wahyu dari Allah SWT dapat saya sampaikan, mudah – mudahan kisah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya serta mampu meningkatkan rasa cinta dan sayang kita pada Nabi Muhammad kekasih Allah.
Wa’allu A’lam…….


0 komentar:

:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Copyright 2009 Sebuah goresan hati dari bumi raflesia. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy